Masih ingat bencana tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004? Jangan ditanya, semua orang pasti tahu akan bencana dengan skala internasional tersebut, bencana yang melumpuhkan kota Banda Aceh dan sekitarnya. Untuk mengenang tragedi tersebut, maka dibangunlah Museum Tsunami Aceh yang diresmikan pada tanggal 23 Februari 2008 oleh Presiden SBY. Museum ini merupakan rancangan dari M. Ridwan Kamil, seorang dosen teknik arsitektur ITB dan baru saja terpilih menjadi walikota Bandung periode 2013-2018. Museum Tsunami Aceh terletak di Jalan Iskandar Muda (dekat dengan Blang Padang), memiliki luas 2.500 meter persegi dan terdiri dari 4 lantai. Museum ini juga berfungsi sebagai pendidikan mengenai antisipasi bencana tsunami.
Saya menyempatkan diri untuk mengunjungi Museum Tsunami ini pada saat traveling ke Aceh sebulan yang lalu, dan ini adalah salah satu bangunan museum favorit saya :) Ah...andai banyak museum di Indonesia yang memiliki bangunan yang unik, tiap bulan saya pasti nge-trip ke museum.
Tampak Depan |
Note it! |
Setelah masuk kedalam museum, pertama-tama kita akan melalui Lorong Tsunami (Tsunami Alley), sebuah lorong sempit dan tinggi menjulang serta terdapat efek air berjatuhan melalui dinding dan juga suara gemuruh air. Yang membuat saya merinding pada saat melewati lorong ini adalah rekaman ayat suci Al-Quran yang dilantunkan oleh seseorang, sehingga membuat saya berpikir mungkin seperti inilah keadaan pada saat bencana tsunami terjadi, ketakutan, bahkan lebih parah dari ini, Allahu Akbar...
Lorong Tsunami |
Setelah keluar dari Lorong Tsunami, saya sampai di Memorial Hall, dimana terdapat puluhan standing screen yang memperlihatkan puluhan slide foto keadaan pasca tsunami di Aceh. Disini terdapat banyak layar kok, jadi tidak perlu berebut dengan pengunjung lain untuk melihat foto-foto kerusakan dan kesedihan di Aceh pasca tsunami. Ruangan ini dikelilingi oleh kaca sebagai dindingnya, dan penerangannya juga remang-remang.
Selanjutnya.....menuju Sumur Doa, tempat ini berbentuk seperti cerobong, dimana di dindingnya terdapat nama-nama korban tsunami yang berhasil dikenali. Di ujung atap ruangan ini (ketinggiannya sekitar 30 meter), terdapat tulisan kaligrafi Allah. Saya sempat mendengar dari seseorang (yang mungkin seorang guide), bahwa didalam sini menggambarkan hubungan manusia dengan Allah, dan setiap manusia pasti akan kembali kepada-Nya.
Nama-nama korban tsunami |
Setelah saya keluar dari Sumur Doa, saya melewati semacam lorong gelap yang berliku dan jalannya cenderung tidak rata (kadang menanjak). Di ujung lorong ini, terdapat jembatan yang dinamakan Jembatan Harapan. Di sepanjang jembatan ini, saya melihat banyak bendera dari berbagai negara yang membantu Aceh pasca tragedi tsunami.
Jembatan Harapan & Cerobong |
Hal yang saya lakukan selanjutnya adalah berkeliling museum sambil melihat foto-foto pasca tsunami, diorama, barang-barang peninggalan yang tersisa setelah tragedi tsunami, mencoba alat peraga yang berkaitan dengan gempa dan tsunami, dan sebagainya. Saya sempat menyaksikan video yang diputar pada ruangan semacam bioskop mini, video ini menayangkan kejadian pada saat tsunami berlangsung dan juga kondisi pasca tsunami (rekonstruksi Aceh).
Helikopter yang hancur akibat diterjang tsunami |
Banyak hal yang bisa dilakukan di museum ini, dan juga banyak pengetahuan yang kita dapat mengenai bencana, terutama gempa dan tsunami. Menurut saya, museum ini sangat menarik secara keseluruhan, dan harus dikunjungi apabila berhasil sampai di Banda Aceh!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar