Rabu, 27 Februari 2013

Pantai BAJUL CINA (Bajul Mati & Goa Cina)


Postingan trip kali ini sudah basi banget kali ya, karena trip ini dilakukan di bulan November 2011, dan saya baru mood buat posting sekarang :D Saya melakukan trip di tanggal cantik, yaitu 22 November 2011 alias 221112, dan sebenarnya saya baru nyadar kalo hari itu berada ditanggal cantik pada saat kepulangan saya ke Surabaya, hahaha
Untuk kali ini, saya melakukan one day trip bersama dengan keenam teman saya ke Pantai Bajul Mati dan Pantai Goa Cina yang berada di Malang selatan. Sebenarnya trip kali ini adalah trip dadakan yang baru direncakan sabtu malam dan keesokan minggunya langsung terealisasi. Gak susah buat nyari teman seru-seruan untuk trip ini, karena baru jam 8 malam saya sebar sms ke teman-teman terdekat saya dan beberapa teman yang belum pernah saya temui, dan beberapa dari mereka langsung mengiyakan! Mereka adalah...

Atas : Saya-Yudha-Oliv-Teman Yudha-Oik
Bawah : Mas Halim-Agung
 
Di hari minggu yang cerah bahkan cenderung panas, kami berenam sepakat berkumpul di Terminal Bungurasih jam 7 pagi. Kami semua datang on time :) dan langsung naik bis ekonomi tujuan Malang seharga Rp 10.000. Perjalanan selama kurang dari 2 jam ini kebanyakan saya isi dengan tidur, karena semalam saya insomnia *_* Sesampainya di Malang, kami dijemput oleh Mas Halim dan mobil elf sewaan seharga Rp 650.000 di Terminal Arjosari. Tepat jam setengah 11, kami bertujuh baru berangkat menuju ke destinasi pertama, yaitu Pantai Bajul Mati. Sepanjang 2 setengah jam perjalanan, kami disuguhi view ajib yang menyejukkan hati, ditambah dengan udara Malang yang menyejukkan raga :D
Sekitar jam 1 siang, sampailah kami di Pantai Bajul Mati. Pantai Bajul Mati terletak di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang. Garis pantainya lumayan bagus dipadu dengan ombak khas laut selatan. Cuaca siang itu sedang cerah sekali, alhasil kami benar-benar kepanasan disana :D untungnya saya membawa sunblock andalan.


Main ombak :)


Selanjutnya kami menuju ke Pantai Goa Cina, yang namanya sudah sering saya dengar di dunia perpantaian selatan jawa. Di tengah perjalanan, kami sempat berhenti di jembatan yang menurut kami unik, Katanya sih nama jembatan ini adalah Jembatan Bajul Mati. Kami sempat berfoto bersama bahkan beberapa juga narsis-narsisan secara individual (kali ini saya tidak termasuk dalam kategori ini). Sekitar setengah jam kami bersantai-santai di jembatan ini.

Ini dia jembatannya
Banyak view ajib, ini salah satunya...
US, minus Yudha
US *again*
:)
Mas Halim-Me-Oliv-Oik
Sekitar jam setengah 4 sore, kami sampai di Pantai Goa Cina yang ternyata tidak jauh dari pantai sebelumnya. Kami benar memiliki quality time disini, bermain pasir, berenang, menunggu sunset, foto-fotoan dan memanjat batu karang :D Oiya, ini beberapa penampakan Pantai Goa Cina dari sudut goa diseberang pantai...




Pantai Goa Cina terletak di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang. Lokasinya dekat dengan Pantai Sendang Biru. Alkisah, pantai ini terdapat banyak goa dan ditemukan oleh seorang pertapa keturunan Cina sekitar tahun 1950, nah...makanya dinamakan Pantai Goa Cina, simpel banget ya :p  Pantainya bersih dan masih alami, tapi sayangnya tidak boleh berenang terlalu jauh, karena arus bawah laut yang curam ala pantai selatan...

Sepertinya batu dibelakang adalah ikon pantai ini
Self timer XD
Mas Halim-Agung-Me
With Olive...
Diatas batu karang :)
Waiting for sunset
Foto sebelum pulang...
Karena matahari telah resmi tenggelam, maka kamipun meninggalkan pantai itu dengan rasa puas dan senang \(´`)/ Butuh waktu sekitar 2 jam untuk mencapai kota Malang. Oiya, kami sempat ditraktir makan sate oleh Mas Halim, makasih banyak ya, mas!
Sekitar jam setengah 10 malam, saya baru sampai di Terminal Arjosari, sayangnya kami harus menunggu kurang lebih sejam untuk bisa naik bis jurusan Surabaya. Sepertinya pada malam itu bis Malang-Surabaya sedang kosong, padahal banyak sekali calon penumpang yang menunggu. Kami berhasil naik bis patas saat itu, dan selama perjalanan saya tertidur karena seharian capek bersenang-senang :D
Terima kasih banyak untuk kalian berenam, terima kasih untuk 221112, dan terima kasih untuk Malang yang merupakan kota kedua saya. Semoga di lain hari kita bisa one day trip-an lagi ya, ke tempat baru yang lebih seru pastinya :)

Selasa, 26 Februari 2013

NUSA BARUNG, salah satu pulau terluar Indonesia

Mungkin sebagian dari kalian pernah mendengar tentang Nusa Barung, yang merupakan salah satu pulau terluar di Indonesia, yang terletak di kabupaten Jember. Saya dan teman2 BPI Surabaya, dan juga banyak teman2 yang baru saya kenal melakukan perjalanan ke Pulau Nusa Barung pada tanggal 17-18 Desember 2011, jadi postingan saya kali ini late post banget, uda setaun lebih baru diposting sekarang :D Maaf banget ya, tapi intinya saya mau share pengalaman seru saya ke pulau terluar Indonesia :) Tetapi, untuk kali ini saya tidak mencantumkan tarif transportasi, serta biaya-biaya lainnya, dikarenakan saya melakukan perjalanan di tahun 2011.
Meeting point kali ini di terminal bungurasih pada jam 7 pagi, setelah kami berkumpul semua, kemudian kami menuju tempat bis tujuan Ambulu, tapi sayangnya pada hari itu bis tujuan Ambulu tidak beroperasi :( Jadinya, kami semua baru naik bis jurusan Jember pada jam 10 pagi (molor banget dari rencana). Kami baru sampai di daerah Tawangalun, Jember sekitar jam 3 sore, dan kami terlebih dahulu mencari makan dan sholat dhuhur sekaligus ashar di masjid sekitar.

Suasana makan dikala itu...
Sekitar jam setengah 5 sore, kami dijemput oleh mobil elf yang sudah dipesan dan dinego jauh-jauh hari oleh Deny, kami semua diantarkan ke Tanjung Papuma dan berkemah disana. Sayangnya, kami sampai di Papuma saat langit telah gelap, jadinya kami langsung mendirikan tenda dan menggelar lapak untuk memasak :D Oiya, sebaiknya tidak usah repot-repot bawa tenda, karena disini terdapat persewaan tenda dan harganya murah kok.

Welcome!
Sesi masak bersama Chef Rahmat :)
Papuma merupakan singkatan dari Pasir Putih Malikan :) Tanjung Papuma berada di Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Jember. Papuma tergolong pantai yang berada di selatan Jawa, namun ombaknya lumayan tenang, pasirnya putih dan kebersihannya cukup terjaga. Sayangnya, belum ada transportasi umum yang melewati Papuma secara langsung, tetapi akses jalannya sudah cukup bagus.
Kami melewati malam itu dengan saling berkenalan satu sama lain, memasak, merencanakan hal-hal seru untuk keesokan harinya, bernyanyi sambil bermain gitar dan juga bermain kartu. Malam yang menyenangkan sekali, karena awalnya kami belum saling kenal kemudian menjadi saling kenal :)
Keesokan paginya, kami semua bersama-sama menikmati Papuma dengan langit yang sedikit mendung, tapi tidak mengurangi keindahan Papuma kok. Ini beberapa foto narsis saya dengan Papuma...






Ohayou Papuma...
Me & Papuma
Beberapa dari kami :)
Setelah kami puas menikmati pagi yang indah dan foto-foto sesuka hati, kami kembali ke camp untuk membongkar tenda, sarapan pagi dan ada beberapa dari kami yang mandi. Saya sih memilih untuk tidak mandi, karena nanti akan ada menu berenang di Nusa Barung, sekalian mandi pikir saya :D
Sekitar jam 7 pagi, lagi-lagi kami dijemput oleh mobil elf yang kemarin, kali ini kami akan diantarkan ke daerah Puger. Menuju Puger adalah salah satu cara untuk menyeberang ke Nusa Barung. Sebenarnya, bisa juga menyeberang dari Papuma, tetapi teman kami terlanjur menyewa kapal nelayan yang berangkat dari Puger. Setelah melewati 1 jam perjalanan, akhirnya kami sampai juga di Puger, sayangnya kami harus menunggu 1 jam lagi karena ternyata kapalnya belum siap :(
Akhirnya, jam 9 pagi kami semua naik kapal dan memulai perjalanan mengarungi ganasnya laut selatan, ombaknya gak main-main loh! Ini serius! Sekitar 2 jam lebih kami berada di atas kapal, mayoritas dari kami cukup menderita (pusing) akibat diombang ambing oleh ombak.

Akhirnya... Nusa Barung terlihat juga...
Hai, para nelayan :)
Airnya biru :)
Keren khan!!!
Akhirnya mendarat di Nusa Barung :)
Nusa barung terletak di Kabupaten Jember, dan berada di Samudera Hindia. Pulau ini tidak berpenghuni, dan menurut saya pulau ini KEREN karena memiliki gugusan karang yang berukuran besar, airnya terlihat biru jernih, dan juga pemandangan bawah lautnya termasuk lumayan buat yang hobi snorkling. Pokoknya pulau ini worth it deh buat dikunjungi :)

Para ladies yang belom mandi :D
Saya rada autis nih (ngaku :p)
Kamipun berenang & berguling-guling disini :D
Sekitar jam 1 siang, kamipun diusir dari Nusa Barung, kami diusir oleh hujan deras, padahal kami belum puas berenang disini :( Sepanjang jalan diatas kapal, kami kehujanan dan pastinya kedinginan, perjalanan pulang ditempuh dengan durasi 1 setengah jam saja, lebih cepat kan!!! Sesampainya di Puger, kami langsung mandi dan bersiap-siap untuk pulang menuju Surabaya.

Trip kali ini merupakan salah satu trip favorit saya, alasannya :
  1. Saya mendapat banyak teman baru dalam trip ini, dari yang awalnya gak kenal, akhirnya jadi saling kenal dan saya akrab dengan beberapa teman baru :) Dan juga, teman jalan untuk trip ini termasuk asik dan rame, menyenangkan!
  2. Camping! Saya selalu suka berkemah, apalagi berkemah di pinggir pantai, sensasinya itu lho :D Menghabiskan waktu untuk ngobrol semalaman, saling mengenal dengan teman 1 tenda dan juga saling care, serasa punya saudara baru :)
  3. Harmoni Alam, mirip seperti acara TV Harmoni Alam, kali ini beneran terealisasi dalam trip ini. Teman saya, Rahmat (bukan nama sebenarnya :D), kebetulan seorang tukang masak atau lebih dikenal dengan chef. Dia menyempatkan untuk membawa peralatan masak praktis seperti nesting, dan sebagainya, dan memasak di pinggir pantai untuk kami, yap! untuk kami :D Salah satu tipe lelaki idaman deh pokoknya, hahaha
  4. Trip dengan 2 destinasi keren! Mengunjungi Tanjung Papuma dan Nusa Barung sebenarnya adalah alasan utama saya mengikuti trip ini, selain saya belum pernah, alasan kuat lainnya adalah saya seorang Beach Addict.
  5. Salah satu pulau terluar Indonesia! Yap... karena inilah saya teramat sangat ingin kesini, saya selalu bercita-cita untuk menginjakkan kaki di pulau-pulau baru Indonesia, apalagi pulau terluar. Bangga banget rasanya :)
Selesai sudah postingan tentang Nusa Barung, maafkan saya atas keterlambatan posting ini, sekitar 14 bulan (setahun lebih malah) pengalaman seru di Tanjung Papuma dan Nusa Barung harus mendekam di ingatan saya :( Dan setelah saya menulis ini, rasanya saya sedikit lega dan senang karena harus mengingat kembali kenangan-kenangan seru di tanggal 17-18 Desember 2011, serta kembali melihat koleksi foto dan video tentang perjalanan ini :)

Kamis, 21 Februari 2013

Bena Village (Flores Trip Part 3)


Masih di hari kamis, 15 November 2012, setelah paginya saya dan teman-teman mengunjungi Taman Nasional Kelimutu, kemudian siangnya kami mampir sebentar ke Pantai Batu Hijau yang masih berada di Ende, tepatnya didaerah Penggajawa. Di pantai ini juga terdapat pendulangan batu hijau yang dilakukan oleh masyarakat sekitar pantai, batu hijau disini bermacam-macam ukurannya, mulai dari yang kecil banget sampe yang besar. Ini beberapa penampakannya...
Pasirnya hitam
Penampakan pantainya...
Batu warna hijau dikanan, non hijau dikiri :D
Cukup asiklah ketemu pantai siang-siang gini, walaupun pantainya kalah jauh sama pantai-pantai di Komodo :p Selanjutnya, kami meneruskan perjalanan menuju Desa Bena yang terletak di Bajawa. Jujur ya, saya baru mendengar nama Desa Bena saat mendekati trip Flores ini, tepatnya di awal Bulan November. Saya bahkan belum sempat browsing dan nanya-nanya tentang Bena ini, bener-bener deh fokus saya kali ini, cuma pengen ke T.N Komodo sama Kelimutu, lainnya saya anggap distraction. Tapi, ternyata interesting distraction lho :D 
Sekitar sorean, kami sampai di Desa Bena, yang ternyata merupakan salah satu desa megalitikum di pulau ini. Setelah Om Obet selesai mengisi buku tamu dan membayar sumbangan sebesar Rp 50.000, saya langsung berjalan mengelilingi desa, sangat menarik ternyata.....


Amazingly Bena
Atapnya ditutupi jerami
Anak-anak Desa Bena
Me & Bena
Era Megalitikum :D

Sekilas tentang Bena :
Kampung Bena adalah salah satu perkampungan megalitikum yang terletak di Kabupaten NgadaNusa Tenggara Timur. Tepatnya diDesa TiwuriwuKecamatan Aimere, sekitar 19 km selatan Bajawa. Kampung yang terletak di puncak bukit dengan view gunung Inerie. Keberadaannya di bawah gunung merupakan ciri khas masyarakat lama pemuja gunung sebagai tempat para dewa. Menurut penduduk kampung ini, mereka meyakini keberadaan Yeta, dewa yang bersinggasana di gunung ini yang melindungi kampung mereka.
Kampung ini saat ini terdiri kurang lebih 40 buah rumah yang saling mengelilingi. Badan kampung tumbuh memanjang, dari utara ke selatan. Pintu masuk kampung hanya dari utara. Sementara ujung lainnya di bagian selatan sudah merupakan puncak sekaligus tepi tebing terjal.
Kampung ini sudah masuk dalam daerah tujuan wisata Kabupaten Ngada. Ternyata kampung ini menjadi langganan tetap wisatawan dariJerman dan Italia.
Ditengah-tengah kampung atau lapangan terdapat beberapa bangunan yang mereka menyebutnya bhaga dan ngadhu. Bangunan bhaga bentuknya mirip pondok kecil (tanpa penghuni). Sementara ngadhu berupa bangunan bertiang tunggal dan beratap serat ijuk hingga bentuknya mirip pondok peneduh. Tiang ngadhu biasa dari jenis kayu khusus dan keras karena sekaligus berfungsi sebagai tiang gantungan hewan kurban ketika pesta adat
Kampung ini sama sekali belum tersentuh kemajuan teknologi. Arsitektur bangunannya masih sangat sederhana yang hanya memiliki satu pintu gerbang untuk masuk dan keluar, Menurut catatan Pemerintah Kabupaten Ngada, Kampung Bena diperkirakan telah ada sejak 1.200 tahun yang lalu. Hingga kini pola kehidupan serta budaya masyarakatnya tidak banyak berubah. Dimana masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Bangunan arsitektur Bena tidak hanya merupakan hunian semata, namun memiliki fungsi dan makna mendalam yang mengandung kearifan lokal dan masih relevan diterapkan masyarakat pada masa kini dalam pengelolaan lingkungan binaan yang ramah lingkungan. 
Nilai yang dapat diketahui bahwa masyarakat Bena tidak mengeksploitasi lingkungannya ialah lahan pemukiman yang dibiarkan sesuai kontur asli tanah berbukit. Bentuk kampung Bena menyerupai perahu karena menurut kepercayaan megalitik perahu dianggap punya kaitan dengan wahana bagi arwah yang menuju ke tempat tinggalnya. Namun nilai yang tercermin dari perahu ini adalah sifat kerjasama, gotong royong dan mengisyaratkan kerja keras yang dicontohkan dari leluhur mereka dalam menaklukkan alam mengarungi lautan sampai tiba di Bena.
copas dari wikipedia

View Bena dari atas
Rumah di Bena
Tenunan yang dijual
Desa diatas bukit, jadi viewnya AJIB
Oke, karena langit sudah mau gelap, maka kamipun harus segera pergi meninggalkan desa ini, sementara kami pergi, banyak turis asing (sekitar belasan orang) mulai berdatangan kesini dengan membawa kasur lipat. Ternyata turis-turis ini akan menginap disini, mereka ingin merasakan suasana tenang dan sejuk di perkampungan megalitikum ini, lagi-lagi saya bangga sekali pernah kesini :)
Malamnya, kami menginap dirumah Om Karel yang terletak di Ruteng. Om Karel adalah sopir kami selama perjalanan menyusuri Flores, dia dengan baik hati menawari kami untuk menginap dirumahnya \(´`)/ Keluarga Om Karel sangat ramah dan menyenangkan, kami bersepuluh bisa meluruskan badan malam itu, ditemani dinginnya Ruteng. Alhamdulillah malam ini bisa menginap gratis...
Kami bersama keluarga Om Karel

Jumat, 16 November 2012
Hari ini saya bangun pagi-pagi sekali, setelah sholat subuh, saya berjalan-jalan mengelilingi perkampungan rumah Om Karel barengan Anggi, Ramdan dan Tyo. Sedangkan yang lain masih pada molor, asik sama mimpinya, skip aja deh! Oiya, sebelumnya kami mampir dulu untuk membeli camilan donat yang di shake dengan gula halus (karena kelaperan). Sambil jalan-jalan pagi sambil makan donat deh :D
Capek jalan-jalan, kami kembali kerumah Om Karel dan yang lainnya masih pada asik tidur Ҩ(° ̯˚)Ҩ Saya dan Anggi berinisiatif untuk memasak mi rebus sebagai sarapan. Dan pagi itu, ditemani nasi dan mi telur rebus, kami dan keluarga Om Karel makan dengan lahapnya \(´`)/
Sekitar jam 10 siang, kami meninggalkan rumah Om Karel untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Labuan Bajo. Ditengah perjalanan, kami berhenti di sebuah desa tertua di kota Ruteng.


Rumah Kerucut :D
Katanya, rumah ini ditempati 40 KK lho

Sorenya, kami sampai juga di Labuan Bajo (lagi) dan kami (lagi-lagi) menginap di Hotel Wisata, saya sekamar dengan Anggi dan Diyan. Sekitar jam setengah 5 sore, saya barengan dengan Anggi dan Dimas berjalan-jalan disekitar pelabuhan sambil jajan cilok (pentol) dan memburu sunset yang lumayan keren :) Btw, cilok disini mahal, masa seribu cuman dapet 2, tapi setelah ditawar Dimas, akhirnya seribu dapet 3 deh \(´`)/ Capek jalan-jalan, kami mampir ke toko oleh-oleh untuk beli kaos.


Sunset
Suasana malam di Labuan Bajo
Okee, malam ini adalah malam terakhir di Labuan Bajo, makanya sayapun gak capek-capek untuk jalan-jalan disini (sampe jam 11 malam). Sampe bapak pemilik toko dan pemilik warung nasi padang pun saya ajak ngobrol, maklumlah mereka juga orang jawa, karena sama-sama ketemu orang Jawa, mereka jadi betah ngobrol deh, ngobrolnya dari era 80an, infrastruktur sampai pemerintahan :D Saya memutuskan untuk tidur jam 12 malam, karena besok saya akan melakukan perjalanan panjang menuju Denpasar via darat-laut. Tetep semangat ya ikutin cerita saya sampe balik ke Surabaya lagi...

Pengeluaran :
Lunch (Bakso + Nu Green Tea)                                  Rp     17.000
Jajan di Ruteng                                                       Rp      6.000
Dinner (Gado-gado)                                                 Rp     10.000
Hotel Wisata                                                           Rp     50.000
Jajan Cilok                                                             Rp       3.000
Urunan tiket masuk 14-16 Nov                                   Rp     21.500
Kaos 2 pc                                                                Rp   120.000
Bis (Labuan Bajo - Denpasar)                                    Rp    340.000
Total Pengeluaran                                                 Rp    567.500